Pendakian pada tanggal 16-17 Agustus 2014
(HUT Kemerdekaan Republik Indonesia yg ke-69)
Komunitas Parkour Bali kali ini melakukan pendakian Gunung Agung, dimana gunung ini memiliki ketinggian maksimal 3.142mdpl. Saya selaku anggota komunitas ini ikut serta dalam meramaikan pendakian ini.
16 Agustus 2014 tepatnya pukul 5 sore sebelum meluncur menuju jalur pendakian Pura Besakih, kami berkumpul di lapangan puputan untuk briefing bersama-sama menuju ke lokasi, total pendaki dari kelompok Parkour Bali adalah 30 orang. Setelah ada sedikit pengarahan, kami pun berangkat menuju Pura Besakih. Sekitar pukul -+ 10 malam kami tiba di lokasi, dimana kami diharuskan untuk melakukan pendaftaran nama terlebih dahulu di kantor polisi Pura Besakih sebelum melakukan pendakian.
Disana kami di briefing oleh seorang koordinator pendaki lokal, ia mengatakan bahwa ia adalah Ketua dari kelompok pendakian Besakih (kemungkinan adalah ketua kelompok organisasi pendakian/jasa pemandu Gunung Agung jalur Besakih). Kami diingatkan tentang hal-hal yg boleh dan yang tidak diperbolehkan ketika mendaki disana.
Mendaki Gunung Agung
Sekitar pukul setengah 12 malam, kami berangkat dari kaki Gunung. Dari awal perjalanan sudah terasa menarik keras otot kaki ini. Sepanjang perjalanan hanya terlihat pemandangan yg dibalut kegelapan dan hanya kelap-kelip lampu senter. Terlihat samar-samar perpaduan antara jurang dan pohon di sisi kiri dan sisi kanan. 3 jam berjalan, jalan sudah mulai terlihat agak ekstrem, jurang menjulang sangat dalam. Jalan tidak lagi se-landai sebelumnya, memerlukan usaha yang keras untuk mendakinya.
6 (enam) jam telah berlalu, puncak sama sekali belum terlihat. Kita sudah ketinggalan sunrise, namun tidak ada rasa kecewa di benak saya. Saya terus mendaki dengan harapan sampai puncak. Terlihat ada tenda-tenda yg sdh berdiri, tampaknya pendaki dari kelompok lain sedang beristirahat di tempat yang sangat strategis ini untuk beristirahat sebelum menuju ke puncak.
Dari sini pemandangan sangat indah, mungkin disinilah bagian yang paling menyenangkan menurut saya. Saya berani memastikan ketinggian tempat itu sudah melewati 2000mdpl. Dari sini terlihat Gunung Abang dibawah saya dimana Gunung Abang hanya memiliki ketinggian 2.152mdpl.
Naik lagi sekian meter, jalur mulai berbatu, disinilah jalur yang paling terjal dan menurut saya adalah jalur yang sangat ekstrem. Jalur ini adalah jalur tersulit saya dalam melakukan pendakian ini, jalur ini membuat saya setengah mati melaluinya. Saya adalah pendaki pemula, belum terbiasa akan jalur yang seperti ini. Namun banyak celetukan yang saya dengar dari pendaki-pendaki lain, baik yang sudah ekspert sekalipun mengatakan bahwa jalur bebatuan ini adalah jalur yang paling sulit, bahkan Gunung Rinjani, Gunung Semeru tidak sesulit, se-terjal dan se-ekstrim ini kata mereka.
Naik lagi sekian meter, tanda-tanda kaki saya sudah mencapai batas maksimal kemampuan mulai terlihat. Nafas mulai tidak teratur, namun saya tetap memaksakan diri untuk mencapai paling tidak sampai pada puncak 1 (di antara 3 puncak yang ada). Sebelum puncak 1, pemandangan disini cukup membayar usaha yg saya lakukan.
Sampai saat saya tiba di puncak 1 (memerlukan waktu -+9 jam perjalanan), kamera HP saya kehabisan baterai. Sungguh sangat disayangkan, banyak view yang terlewatkan dari puncak 1. Namun untung ada teman saya dari Parkour Bali yang bernama Eko dan Herby bisa mengambil foto melalui kameranya.
Saat itu Saya, Tantra dan Eko sudah bersama-sama mencapai puncak 1 pada pukul 9 pagi, kemudian menyusul Herby dan Yos, namun disini Saya, Eko dan Herby memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan menuju puncak 2 dan puncak 3, karena angin yang sangat kencang. Lebih-lebih sudah terasa sangat capai. Saya sempat tidur di puncak ini selama 1 jam dan disini kehilangan matras saya jatuh ke jurang terbawa angin yang sangat kencang. Sementara Tantra dan Yos maju melanjutkan menuju puncak 2 dan 3 menemui kawan-kawannya yg sudah terlebih dahulu sampai disana.
Puncak 1 Gunung Agung
Turun Gunung
Sekitar jam 12 Siang, saya memutuskan untuk turun sendiri, perjalanan turun pun menjadi tantangan terakhir disini. Sangat sulit untuk melalui jalur turun bebatuan ini. Rasa khawatir bercampur putus asa dan semangat bercampur aduk. Sungguh perjalanan turun yang melelahkan, ketegangan diantara pertaruhan jatuh dan terpeleset ke jurang. Keinginan dan kerinduan untuk mengakhiri pendakian ini dalam benak saya begitu besar.
Akhirnya jalur bebatuan yg ekstrim terlewati, saya sempat tidur lagi 1 jam di bawah pepohonan rindang. Kala itu pukul 3 sore, saya kembali melanjutkan perjalanan. Perjalanan terasa sangat panjang, terasa sudah dekat, namun ternyata masihlah sangat jauh. Seringkali saya menyangka jalan sudah dekat, akan tetapi ternyata dugaan terus saja salah. Sampai saya akhirnya bosan, dan melakukan turun kilat dengan tenaga seadanya, yaitu dengan berlarian sambil menuruni gunung.
Pukul 5 lebih 10 menit sore hari, saya sampai di kaki gunung, memerlukan -+5-6 jam untuk menuruni gunung ini. Itupun saya turun dengan kecepatan kilat (lari).
Gunung Agung adalah gunung yang tertinggi di Bali, jalurnya begitu terjal dan sangat menantang. Ada rekomendasi bahwa Gunung Agung adalah gunung yang wajib kita kunjungi dan taklukkan terlebih dahulu sebelum menyasar mencari puncak-puncak gunung tertinggi di Indonesia.