Minggu, 29 November 2015
Minggu, 17 Agustus 2014
Mendaki Gunung Agung (3.142 mdpl)
Pendakian pada tanggal 16-17 Agustus 2014
(HUT Kemerdekaan Republik Indonesia yg ke-69)
Komunitas Parkour Bali kali ini melakukan pendakian Gunung Agung, dimana gunung ini memiliki ketinggian maksimal 3.142mdpl. Saya selaku anggota komunitas ini ikut serta dalam meramaikan pendakian ini.
16 Agustus 2014 tepatnya pukul 5 sore sebelum meluncur menuju jalur pendakian Pura Besakih, kami berkumpul di lapangan puputan untuk briefing bersama-sama menuju ke lokasi, total pendaki dari kelompok Parkour Bali adalah 30 orang. Setelah ada sedikit pengarahan, kami pun berangkat menuju Pura Besakih. Sekitar pukul -+ 10 malam kami tiba di lokasi, dimana kami diharuskan untuk melakukan pendaftaran nama terlebih dahulu di kantor polisi Pura Besakih sebelum melakukan pendakian.
Disana kami di briefing oleh seorang koordinator pendaki lokal, ia mengatakan bahwa ia adalah Ketua dari kelompok pendakian Besakih (kemungkinan adalah ketua kelompok organisasi pendakian/jasa pemandu Gunung Agung jalur Besakih). Kami diingatkan tentang hal-hal yg boleh dan yang tidak diperbolehkan ketika mendaki disana.
Mendaki Gunung Agung
Sekitar pukul setengah 12 malam, kami berangkat dari kaki Gunung. Dari awal perjalanan sudah terasa menarik keras otot kaki ini. Sepanjang perjalanan hanya terlihat pemandangan yg dibalut kegelapan dan hanya kelap-kelip lampu senter. Terlihat samar-samar perpaduan antara jurang dan pohon di sisi kiri dan sisi kanan. 3 jam berjalan, jalan sudah mulai terlihat agak ekstrem, jurang menjulang sangat dalam. Jalan tidak lagi se-landai sebelumnya, memerlukan usaha yang keras untuk mendakinya.
6 (enam) jam telah berlalu, puncak sama sekali belum terlihat. Kita sudah ketinggalan sunrise, namun tidak ada rasa kecewa di benak saya. Saya terus mendaki dengan harapan sampai puncak. Terlihat ada tenda-tenda yg sdh berdiri, tampaknya pendaki dari kelompok lain sedang beristirahat di tempat yang sangat strategis ini untuk beristirahat sebelum menuju ke puncak.
Dari sini pemandangan sangat indah, mungkin disinilah bagian yang paling menyenangkan menurut saya. Saya berani memastikan ketinggian tempat itu sudah melewati 2000mdpl. Dari sini terlihat Gunung Abang dibawah saya dimana Gunung Abang hanya memiliki ketinggian 2.152mdpl.
Naik lagi sekian meter, jalur mulai berbatu, disinilah jalur yang paling terjal dan menurut saya adalah jalur yang sangat ekstrem. Jalur ini adalah jalur tersulit saya dalam melakukan pendakian ini, jalur ini membuat saya setengah mati melaluinya. Saya adalah pendaki pemula, belum terbiasa akan jalur yang seperti ini. Namun banyak celetukan yang saya dengar dari pendaki-pendaki lain, baik yang sudah ekspert sekalipun mengatakan bahwa jalur bebatuan ini adalah jalur yang paling sulit, bahkan Gunung Rinjani, Gunung Semeru tidak sesulit, se-terjal dan se-ekstrim ini kata mereka.
Naik lagi sekian meter, tanda-tanda kaki saya sudah mencapai batas maksimal kemampuan mulai terlihat. Nafas mulai tidak teratur, namun saya tetap memaksakan diri untuk mencapai paling tidak sampai pada puncak 1 (di antara 3 puncak yang ada). Sebelum puncak 1, pemandangan disini cukup membayar usaha yg saya lakukan.
Sampai saat saya tiba di puncak 1 (memerlukan waktu -+9 jam perjalanan), kamera HP saya kehabisan baterai. Sungguh sangat disayangkan, banyak view yang terlewatkan dari puncak 1. Namun untung ada teman saya dari Parkour Bali yang bernama Eko dan Herby bisa mengambil foto melalui kameranya.
Saat itu Saya, Tantra dan Eko sudah bersama-sama mencapai puncak 1 pada pukul 9 pagi, kemudian menyusul Herby dan Yos, namun disini Saya, Eko dan Herby memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan menuju puncak 2 dan puncak 3, karena angin yang sangat kencang. Lebih-lebih sudah terasa sangat capai. Saya sempat tidur di puncak ini selama 1 jam dan disini kehilangan matras saya jatuh ke jurang terbawa angin yang sangat kencang. Sementara Tantra dan Yos maju melanjutkan menuju puncak 2 dan 3 menemui kawan-kawannya yg sudah terlebih dahulu sampai disana.
Puncak 1 Gunung Agung
Turun Gunung
Sekitar jam 12 Siang, saya memutuskan untuk turun sendiri, perjalanan turun pun menjadi tantangan terakhir disini. Sangat sulit untuk melalui jalur turun bebatuan ini. Rasa khawatir bercampur putus asa dan semangat bercampur aduk. Sungguh perjalanan turun yang melelahkan, ketegangan diantara pertaruhan jatuh dan terpeleset ke jurang. Keinginan dan kerinduan untuk mengakhiri pendakian ini dalam benak saya begitu besar.
Akhirnya jalur bebatuan yg ekstrim terlewati, saya sempat tidur lagi 1 jam di bawah pepohonan rindang. Kala itu pukul 3 sore, saya kembali melanjutkan perjalanan. Perjalanan terasa sangat panjang, terasa sudah dekat, namun ternyata masihlah sangat jauh. Seringkali saya menyangka jalan sudah dekat, akan tetapi ternyata dugaan terus saja salah. Sampai saya akhirnya bosan, dan melakukan turun kilat dengan tenaga seadanya, yaitu dengan berlarian sambil menuruni gunung.
Pukul 5 lebih 10 menit sore hari, saya sampai di kaki gunung, memerlukan -+5-6 jam untuk menuruni gunung ini. Itupun saya turun dengan kecepatan kilat (lari).
Gunung Agung adalah gunung yang tertinggi di Bali, jalurnya begitu terjal dan sangat menantang. Ada rekomendasi bahwa Gunung Agung adalah gunung yang wajib kita kunjungi dan taklukkan terlebih dahulu sebelum menyasar mencari puncak-puncak gunung tertinggi di Indonesia.
Sabtu, 02 Agustus 2014
Mendaki Gunung Batur (1.717 mdpl)
Pendakian 17-18 Mei 2014
Gunung Batur terletak di Kabupaten Bangli, memiliki ketinggian 1.717 mdpl. Puncak Gunung Batur merupakan objek wisata yang sangat menakjubkan, terutama ketika melewati jalur trekking pada puncak gunung yang menjalar sepanjang tepian kaldera dan berakhir menuju pos 3, sebelum melanjutkan untuk turun gunung.
Jalur Trekking di puncak Gunung Batur
Saat itu saya melakukan pendakian bersama-sama Komunitas Parkour Bali, pukul 9 malam kami melakukan perjalanan dari Denpasar melalui jalur lurus Singapadu-Payangan-Toya Bungkah. Kira-kira pukul 11 malam kami sampai pos 1 di kaki gunung (Di pos 1 tempat kami memarkir kendaraan terdapat Pura, kalau ngga salah namanya Pura Jati Toya Bungkah). Dengan beristirahat sebentar, sambil mengecek perlengkapan kami sebelum mendaki. Tepat pukul 1 malam kami pun bersiap mendaki dengan diiringi doa bersama terlebih dahulu. Dari sini perjalanan dimulai sampai pada pos 2 (kira2 ketinggiannya baru 1/4 gunung) beristirahat sejenak sekaligus sebagai pemanasan. "Ini baru pemanasan" kata teman di sebelah saya sembari nafas agak tersengal2 :D
Sekitar 10 menit istirahat kami lanjut berangkat menuju pos 3, setengah perjalanan kami dari bawah ditemani pohon2an rimbun dan setengahnya lagi menuju ke atas diiringi oleh bebatuan. Dari pos 3 sini jalurnya agak sedikit menantang, jalannya tidak segampang sesudahnya, disini rintangannya adalah tanah yang agak berpasir. Tentu ketika naik akan sedikit lebih sulit. Cengkeraman sepatu haruslah kuat (bergerigi) dan jika alas kaki kita halus tentu akan sangat sulit dan memerlukan tenaga lutut ekstra untuk menyeimbangkan pijakan.
Pukul 3 pagi saya mencapai puncak (memerlukan +- 2 sampai 3 jam untuk mencapai puncak), udara waktu itu sangatlah dingin sehingga saya sangat tersiksa :D tapi senang hahaha. Menurut pengalaman saya berangkatlah mendaki dari pukul 3 pagi sehingga mencapai puncak pukul +-5 pagi dan tubuh akan langsung diterpa hangatnya sinar mentari pagi.
Sunrise Puncak Gunung Batur
Setelah menikmati sunrise, kami menikmati pemandangan yg ada dan itu sangat menakjubkan pagi2 berada disana. Sungguh2 pemandangan yg begitu indah.
Jalur Trekking di puncak Gunung Batur
Saat itu saya melakukan pendakian bersama-sama Komunitas Parkour Bali, pukul 9 malam kami melakukan perjalanan dari Denpasar melalui jalur lurus Singapadu-Payangan-Toya Bungkah. Kira-kira pukul 11 malam kami sampai pos 1 di kaki gunung (Di pos 1 tempat kami memarkir kendaraan terdapat Pura, kalau ngga salah namanya Pura Jati Toya Bungkah). Dengan beristirahat sebentar, sambil mengecek perlengkapan kami sebelum mendaki. Tepat pukul 1 malam kami pun bersiap mendaki dengan diiringi doa bersama terlebih dahulu. Dari sini perjalanan dimulai sampai pada pos 2 (kira2 ketinggiannya baru 1/4 gunung) beristirahat sejenak sekaligus sebagai pemanasan. "Ini baru pemanasan" kata teman di sebelah saya sembari nafas agak tersengal2 :D
Sekitar 10 menit istirahat kami lanjut berangkat menuju pos 3, setengah perjalanan kami dari bawah ditemani pohon2an rimbun dan setengahnya lagi menuju ke atas diiringi oleh bebatuan. Dari pos 3 sini jalurnya agak sedikit menantang, jalannya tidak segampang sesudahnya, disini rintangannya adalah tanah yang agak berpasir. Tentu ketika naik akan sedikit lebih sulit. Cengkeraman sepatu haruslah kuat (bergerigi) dan jika alas kaki kita halus tentu akan sangat sulit dan memerlukan tenaga lutut ekstra untuk menyeimbangkan pijakan.
Pukul 3 pagi saya mencapai puncak (memerlukan +- 2 sampai 3 jam untuk mencapai puncak), udara waktu itu sangatlah dingin sehingga saya sangat tersiksa :D tapi senang hahaha. Menurut pengalaman saya berangkatlah mendaki dari pukul 3 pagi sehingga mencapai puncak pukul +-5 pagi dan tubuh akan langsung diterpa hangatnya sinar mentari pagi.
Sunrise Puncak Gunung Batur
Setelah menikmati sunrise, kami menikmati pemandangan yg ada dan itu sangat menakjubkan pagi2 berada disana. Sungguh2 pemandangan yg begitu indah.
Setelah melalui jalur trekking di sepanjang tepian kaldera, di pemberhentian (pos objek wisata) kami disambut oleh kedatangan para wanara yang cantik2 dan ganteng2 :D
Setelah puas kami menikmati pemandangan disana, kami pun melanjutkan perjalanan untuk menuruni gunung. Tak ada kata2 yg bisa diucapkan untuk menyaingi kehebatan pemandangan yg disuguhkan di puncak Gunung Batur. Hanya 3 kata ungkapan untuk Gunung Batur :
Jumat, 01 Agustus 2014
Mendaki Gunung Abang (2.152 mdpl)
Pendakian 23-24 Juli 2014
Om Swastyastu, Om Sai Ram
Kerinduan akan alam yang asri, udara yang sejuk dan pesona pemandangan
yang menyejukkan hati dan pikiran telah membuat saya berimajinasi
melakukan perjalanan ke tempat2 yg sedikit terjamah oleh
manusia pada umumnya.
Tepatnya pada tanggal 23 Juli 2014 kerinduan akan alam tersebut terjawab, tampaknya Tuhan telah menjawab doa dan keinginan sy melalui sebuah panggilan dr teman untuk mengajak sy mendaki bersama di gunung Abang Kintamani.
Lokasi :
Tepatnya pada tanggal 23 Juli 2014 kerinduan akan alam tersebut terjawab, tampaknya Tuhan telah menjawab doa dan keinginan sy melalui sebuah panggilan dr teman untuk mengajak sy mendaki bersama di gunung Abang Kintamani.
Lokasi :
Gunung Abang adalah gunung tertinggi ketiga di Bali dg ketinggian 2.152
mdpl. Gunung ini terletak di Kabupaten Bangli. Dari Denpasar, kami melalui jalur lurus Singapadu tembus di Payangan, di ujung jalan (pertigaan) belok kanan (timur) ke arah menuju museum Geopark Kintamani. Kemudian setelah ketemu museum Geopark (pas pertigaan) belok ke arah kiri (timur), jalan menuju Gunung Abang tepat di depan museum Geopark. Dari sana kami melakukan pencarian jejak jalan dengan menggunakan Google Map Hp Android.
Gunung ini berada di antara Gn. Batur dan Gn. Agung. Ber-enam (Fadli, Surya, Kris, Uti, Monika dan saya) kami melakukan pendakian dimulai pada pukul 1.20 WITA malam dari kaki gunung dan sampai puncak pada pukul 5.56 WITA pagi (kira-kira memerlukan waktu +- 4 jam).
Menurut saya perjalanan track jalan masih tergolong agak landai dan relatif gampang untuk didaki. Namun perjalanan baru terasa lebih sulit ketika menuruni gunung tersebut. Sebagian besar di perjalanan melewati kawasan hutan belantara. Sesampainya di puncak terdapat sebuah gapura dan sebuah pura yg dikelilingi pemandangan yang indah. Pohon2 disana yg walaupun agak sedikit menutupi pemandangan justru memberikan kesan dan karakter keindahan tersendiri.
Gunung ini berada di antara Gn. Batur dan Gn. Agung. Ber-enam (Fadli, Surya, Kris, Uti, Monika dan saya) kami melakukan pendakian dimulai pada pukul 1.20 WITA malam dari kaki gunung dan sampai puncak pada pukul 5.56 WITA pagi (kira-kira memerlukan waktu +- 4 jam).
Menurut saya perjalanan track jalan masih tergolong agak landai dan relatif gampang untuk didaki. Namun perjalanan baru terasa lebih sulit ketika menuruni gunung tersebut. Sebagian besar di perjalanan melewati kawasan hutan belantara. Sesampainya di puncak terdapat sebuah gapura dan sebuah pura yg dikelilingi pemandangan yang indah. Pohon2 disana yg walaupun agak sedikit menutupi pemandangan justru memberikan kesan dan karakter keindahan tersendiri.
Kita bisa melihat jelas hamparan danau batur di bawah dan penampakan full dari Gunung Batur sendiri sangat jelas terlihat di puncak gunung Abang.
Akhir kata, sepertinya suasana di gunung Abang relatif sepi dan jarang dijamah oleh para pendaki mengingat mungkin situasai gunung memiliki rute yg sangat panjang. Disamping itu banyak pemandangan yg tertutupi oleh kerindangan pohon. Menurut sy rute pendakian gunung Abang cocok menjadi pilihan para pendaki yg menginginkan ketenangan pikiran, jauh dari keramaian, dan ini merupakan kesenangan tersendiri bagi mereka yang menikmati keheningan dan kesucian pikiran. Pokonya 5 bintang saya berikan pd gunung Abang! Tambah jempol satu (y)
Langganan:
Postingan (Atom)